Minggu pagi ini aku bangun di atas pesawat yang akan segera turun. Pramugari memberikan isyarat bahwa sandaran kursi harus kutegakkan karena sebentar lagi pesawat akan mendarat . Satu leg lagi sebelum menghirup udara tanah air tercinta dan bertemu dengannya.
Ini kali kedua aku singgah di bandara yang megah ini. Sebenarnya aku ingin menjelajahi sudut bandara ini dengan kameraku, tapi hati ini begitu resah, ada banyak skenario yang bermain tentangnya.
Baru saja ingin kupejamkan mataku, sepasang manusia yang duduk tepat dihadapanku membatalkan niatku. Gesture mereka penuh dengan bunga-bunga asmara. Genggaman tangan mereka menorehkan guratan rindu akannya. Saat aku akan memalingkan pandangan, laki-laki didepanku memeluk erat perempuan disampingnya. Duh! Betapa mereka membuatku ingin segera ada di Jakarta, walau aku yakin dia akan menolak pelukanku, tapi setidaknya aku bisa memeluk tiang listrik.
Aku tersenyum membayangkan adegan tersebut, betapa dulu dia berhasil membuatku memeluk tiang listrik depan kampusku karena teriakannya.
"Indraaaaa. Tunggu. Aku ikut!
Kontrol diriku mendadak rusak karena itu kali pertama dia memanggilku setelah kunyatakan cintaku padanya. Teriakan aku ikut itu seperti goncangan yang membuat keseimbanganku hilang sehingga aku seperti tak melihat tiang listrik yang ada di depanku. Aku berakhir memeluk tiang dingin diiringi riuh tawa semua orang.
Dia sudah mencuri perhatianku dari hari pertama orientasi kampus dan semakin membuatku gila saat malam penutupan kulihatnya menggerakkan badannya mengikuti alunan musik. Aku seperti melihat sosok lain dibalik kekerasannya menerima semua hukuman kami saat orientasi. .
"Yo, may I dance with you" ajakanku menghentikan gerakan tubuhnya. Dia mendekat ke arahku dan berbisik
"Boleh, asalkan diiringi musik dangdut"
-------
Cerita kali ini mengikuti template yang diberikan oleh @30haribercerita seperti dibawah ini:
Risalah Tiga Hati (7)
Dongeng /
Photo Story /
Photography /
Risalah Tiga Hati