Videos

Pages

Recipes

Dongeng

Food Photography

Review

Old Blog

Sos Med

S



Tahun lalu demi menyelamatkan kamera yang terjatuh saat saya sedang motret, otot saya mulai dari kaki sampai bahu ketarik sehingga saya tidak boleh membawa beban yang terlalu berat. Setelah beberapakali sesi terapi, alhamdulillah saya bisa kembali memotret dan kembali membawa beban berat tanpa ingat bahwa saya pernah cedera.

Sebagai seorang fotografer, pengajar fotografi merangkap blogger, perlengkapan perang yang selalu ada dalam backpack saya adalah kamera dan laptop yang pastinya tidaklah ringan. Tahun ini cedera saya kambuh lagi karena di suatu acara peluncuran sebuah produk makanan, saya tetap membawa backpack saya dipunggung ke sana ke mari selama liputan. Waktu itu memang backpack saya bawa karena panitia tidak berani bertanggung jawab bila ada kerusakan karena ditaruh begitu saya dilantai di antara barang-barang lain, dan panitia juga tidak mau menanggung bila ada barang-barang saya yang hilang. Saya tentunya tidak mau mengambil resiko, jadilah hari itu saya membawa beban berat lagi yang menyebabkan cedera saya kambuh dan lebih parah. Cedera kedua ini membuat sakit tak terkira saat berdiri dan dudukpun tidak nyaman. Sungguh tersiksa.



Teman-teman yang pernah menawarkan bantuan untuk membawakan backpack saya hanya punya satu komentar:

"Uni, berat banget tasnya"

Bahkan pernah waktu tugas ke luar kota, petugas check in yang menimbang backpack saya sampai geleng-geleng kepala karena berat ransel saya melebihi ketentuan. Alhamdulillah laptop dan kamera itu masuk dalam kategori yang tidak dipermasalahkan beratnya untuk masuk kabin.

Sesungguhnya isi ransel saya sih gak banyak, tapi benda yang saya bawa itu yang beratnya gak karu-karuan. Kamera dslr dan lensa saya sudah lumayan berat ditambah dengan laptop dan chargernya karena batere laptop saya sudah mulai ngedrop, jadi kabel charger adalah koentji bila saya gak mau ditengah-tengah mengajar atau pemotretan tiba-tiba laptop saya mati. Tapi kalau seandainya saya terus-terusan mempertahankan laptop yang sekarang, cedera saya bisa kambuh lagi, dan therapist saya bilang, cedera yang berulang itu bisa berakibat fatal.

Alhamdulillah, seperti menjawab kegalauan saya yang harus wara-wiri membawa laptop tanpa takut cedera, di pasaran Indonesia telah hadir ASUS ZenBook 13 UX331UAL yang merupakan varian lain dari versi UX331UN. ZenBook UX331UAL ini dikatakan sebagai sebuah laptop 13,3 inci yang paling ringan, tipis dan powerful. Alasan lain yang bikin kepengen punya ASUS ZenBook 13 UX331UAL antara lain:


ASUS ZenBook 13 UX331UAL

Ringan dengan Material Tangguh
ASUS ZenBook UX331UAL ini dibuat dari magnesium aluminium alloy yang menjadikannya begitu ringan, yaitu kurang dari 1 kilogram atau tepatnya 985 gram saja, bahkan merupakan ZenBook teringan yang ada di pasaran sekarang ini. Bakalan lebih lincah nih motret liputan dengan backpack isi ZenBook UX331UAL dipunggung. Ringan!



Ketebalan Zenbook UX331UAL ini juga hanya 13,9 milimeter alias super tipis yang pastinya gak akan ngabisin tempat banyak dalam backpack saya. ZenBook UX331UAL ini tampilannya seperti atlet pencak silat Indonesia yang terlihat lembut namum tahan banting. Hal ini disebabkan ZenBook UX331UAL telah lolos pengujian berat standar daya tahan military-grade MIL-STD 810G untuk memastikan perangkat dapat dioperasikan di berbagai kondisi lingkungan. Percobaan dari ketahanan ZenBook UX331UAL yang diperagakan Raditya Dika dalam channel youtubenya belum lama ini sudah sukses membuat jantung saya turun sampai ke jempol. Nyeri!

Ringkas dengan Performa Tinggi
ASUS ZenBook UX331UAL dengan ukuran layar 13,3 inci ini mempunyai dimensi yang tidak jauh beda dengan kertas ukuran A4, jadi bakalan gampang diselipin di koper kabin atau tote bag. Hal ini dimungkinkan karena bezel layar yang berfitur NanoEdge.

Dengan processor intel Core i generasi ke-8 yang dipadukan dengan RAM 8GB dan dan penyimpanan berkecepatan tinggi SSD 256GB PCIe®, performa dari ZenBook 13 UX331UAL ini tidak diragukan lagi. Fitur Wi-Fi Master membuat laptop ini mampu melakukan transfer dengan kecepatan yang lebih tinggi dengan jarak yang lebih jauh dibandingkan laptop lain. Kecepatan yang ditawarkan adalah 867Mbps atau 6x lebih cepat, hal ini bisa terjadi berkat teknologi dual-band 802.11n. Kebayang ya, bakalan produktif banget walaupun harus kerja di tempat umum yang harus berbagi koneksi internet.



Selain itu, baterai dari ZenBook UX331UAL ini juga bisa tahan sampai 15 jam. Mikirnya aja saya udah seneng, gak perlu rebutan tempat duduk yang ada colokan listriknya tiap ke coffe shop untuk kerja. Cukup duduk manis di spot manapun, nulis sambil sesekali minum kopi susu tanpa perlu takut tiba-tiba baterai mati. Non-stop banget!



Sensor sidik jari dan Kenyamanan Mengetik

Pernah gak sih pas lagi di tempat umum kita buka laptop dan orang di sebelah kita curious pengen tahu password kita? Kalo pernah, gak usah takut, karena ZenBook UX331UAL ini bisa kita akses dengan lebih aman tanpa takut tetangga ngintip berkat sensor sidik jari yang ada di touchpad dan Windows Hello. Praktis banget, gak perlu lagi capek ngetik kata sandi sambil celingukan karena takut dicontek :)




Buat pengajar dan blogger seperti saya yang seringkali harus membuat tulisan, kenyamanan keyboard sangat penting. ZenBook UX331UAL ini dilengkapi dengan keyboard backlit ukuran penuh dengan desain yang kokoh, sehingga kita bisa mengetik dalam segala kondisi pencahayaan. Jarak penekanan tombol keyboard 1,4 milimeter yang membuat keyboard menjadi ergonomis dan nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Teknologi palm-rejection yang mendukung gerakan multi-jari dan tulisan tangan semakin mempermudah kita dalam mengetik.


ZenBook UX331UAL ini bukan cuma "Laptop Idaman Sobat Travelers", tapi cuma idaman fotografer seperti saya.
Ah, saya kok semakin ngerasa jodoh aja sama ASUS ZenBook UX331UAL ini ya. Kalau kamu?


#LaptopIdamanSobatTraveler #2018PakaiZenBook #ASUSxTravelerien


--------
ASUS
Website: https://www.asus.com/id/
Facebook: Asus Indonesia Official
Twitter: @ASUS_Indonesia
Instagram: @asusid
Youtube: ASUS Indonesia

Lebih Lincah dengan ASUS Zenbook UX331UAL

September 30, 2018



Aku seperti kembali ke titik nol waktu ia mengajakku menghabiskan malam di cafe tempat kami biasa menghabiskan waktu. Malam itu malam terakhir sebelum ia pergi meninggalkanku.

"Yo, jaga diri baik-baik ya, karena mulai besok gue gak bisa jagain elo lagi" pamitnya dengan tatapan yang membuatku semakin jatuh.
"Siap kapten!" candaku menutupi kesedihan yang menyeruak di dada.
"Eh, elo udah pamitan sama Dela?" kusebutkan nama mahasiswi baru yang mengantarkan minuman padaku waktu itu.
"Gak" jawabnya singkat
"Loh, kenapa? Bukannya kalian jadian?" "Nope! Gak ada ada cewek yang bisa buat gue jatuh cinta" katanya seperti mengingatkanku untuk berhenti mengharapkan cintanya. Aku malas menanggapi pernyataannya itu, aku hanya ingin menikmati waktu tersisa bersamanya tanpa perlu menambahkan garam di setiap guratan luka yang tercipta sejak aku mencintainya.

Malam itu kami lewati dengan tawa karena kami sepakat untuk menyingkirkan segala kesedihan. Tawanya begitu lepas, sementara tawaku terasa hambar. .
"Yo, boleh peluk?" hampir saja kusemburkan susu yang sedang kureguk, tapi buru-buru kuanggukkan kepalaku. Direngkuhnya tubuhku dan dibawanya dalam dekapannya, dan air matakupun seperti tak sabar untuk keluar begitu kurebahkan kepalaku di bahunya. .
"Yo, pulang yuk" dia mendorong tubuhku dengan lembut menjauh dari pelukannya, padahal baru saja kurasakan ada getaran aneh yang dia kirimkan, getaran yang sama waktu tangan kami bersentuhan waktu itu. Kutatap lurus ke matanya dan kutemukan ada asa buatku di sana.

Ga, gue pasti bisa membuat elo jatuh cinta, walaupun harus memulainya dari titik nol dengan jarak dan waktu yang jadi pembatas kita. Ku sesap susu yang ada di depanku, kehangatannya membuatku percaya, suatu hari nanti aku bisa menjadi wanita yang membuatnya jatuh cinta.

Risalah Tiga Hati (14)

September 24, 2018


Saya adalah freelance fotografer yang juga merangkap sebagai pengajar fotografi. Kedua profesi saya ini membutuhkan laptop sebagai salah satu alat tempur entah itu di saat pemotretan atau di saat mengajar. Laptop yang saya butuhkan adalah laptop yang mumpuni, yang bisa diandalkan dalam segala kondisi, dalam pemotretan, editing atau saat saya mengajar dan juga saat sehari-hari menjadi seorang ibu.

Sebagai seorang fotografer, software yang wajib ada dalam laptop saya adalah software editor seperti Lightroom (LR) dan Photoshop (PS) yang bukanlah merupakan software yang ringan terlebih lagi dikarenakan saya berlangganan paket dari Adobe Creative Cloud (CC), kedua software tersebut akan selalu ter-update dan itu menambah berat beban laptop. Saya menggunakan LR selain untuk melakukan pemotretan, juga menggunakan fasilitas shooting tethered yang terdapat di LR sehingga klien langsung dapat melihat hasil foto di layar laptop. Tethering ini membutuhkan prosesor dan memori yang baik sehingga tidak akan banyak waktu terbuang hanya karena proses pemindahan foto dari kamera ke laptop. Saya pernah mengalami laptop yang tiba-tiba hang saat tethering sehingga waktu pemotretan menjadi lebih panjang dari yang sudah dijadwalkan, dan tentu saja saya tidak bisa meminta tambahan uang lembur, karena kesalahan terjadi dari pihak saya.

Belum lama saya membaca review tentang notebook ASUS X555 dan kok ya menarik banget. Gimana gak menarik coba, tampilannya aja cakep seperti foto di bawah ini. Tampilan itu penting loh, karena itu adalah first impression buat klien kita dan bikin kita juga jadi lebih percaya diri. Serius!

X555 Black_Right Open135

X555 Black_Right_Back_Open45
ASUS X555

Prosesor yang digunakan ASUS X555 adalah Quadracore A10 dengan memori DDR4 2133 MHz SDRAM yang menurut saya mampu untuk membantu saya dalam pemotretan dengan sistem tethering, sehingga saya gak perlu lagi harus lembur motret tanpa dibayar :) Proses editing juga akan berjalan lebih lancar, karena beberapa waktu terakhir ini beberapakali saya mengalami harus me-restart LR dikarenakan setelah mengedit satu foto, LR langsung diam membeku. Ya, bagaimana lagi coba, semua foto saya ambil dengan format RAW dan di saat menyimpan setelah selesai editing, ukuran file terkecil adalah 13MB. Jadi gak heran dong ya kalau laptop saya jadi super lemot.

ASUS X555 ini memiliki teknologi ASUS Splendid yang secara eksklusif memberikan warna dan temperatur warna yang akurat dengan pengaturan dan parameter pada fine tuning display. WOW bangetkan, secara buat seorang fotografer laptop yang dibutuhkan adalah yang bisa menampilkan foto yang kita hasilkan dengan warna yang sesuai sehingga mampu membuat senyuman di wajah klien. Belum lagi ya, urusan transfer data foto buat klien bisa dilakukan 10x lebih cepat dikarenakan notebook ini dilengkapi dengan USB3.0, bahkan kita bisa melakukan transfer film Blu-ray 25GB hanya dalam waktu 70 detik. Duh, kebayang banget deh waktu luang saya akan semakin banyak kalau punya notebook ASUS X555.

Teknologi ASUS Splendid ini juga akan menambah keseruan acara movie time yang setiap malam Minggu saya dan anak saya, K, lakukan. Kebayang banget warna yang cerah dengan audio tingkat tinggi berkat teknologi ASUS SonicMaster dan ASUS AudioWizard akan membuat kami seperti sedang menonton film di bioskop pribadi, apalagi bila laptop dihubungkan langsung ke TV lewat port HDMI sehingga film menjadi full HD 1080p. K pasti senang banget dan buat ibu-ibu seperti saya, membuat anak senang adalah segalanya.

Seperti yang saya jelaskan di atas, selain sebagai seorang fotografer, saya juga adalah pengajar fotografi di berbagai workshop atau seminar. Biasanya materi saya presentasikan langsung dari laptop yang disambungkan dengan kabel converter ke proyektor atau smart TV, tapi dengan ASUS X555 saya tidak perlu lagi membawa ekstra kabel karena notebook ini sudah dilengkapi dengan port HDMI dan port VGA sekaligus. Bawaan saya akan menjadi lebih ringkes.

Lama saya mempresentasikan materi adalah 1 jam, untuk kemudian disambung dengan tanya jawab dan setelah praktek akan ada review dari foto yang dihasilkan oleh peserta. Semua kegiatan ini membutuhkan baterai yang tahan lama agar saya tidak perlu membawa kabel charger ke tempat saya mengajar. Alhamdulillah ASUS X555 ini memiliki baterai dengan jenis Li-Polimer yang ketahanannya 2,5 kali lebih kuat dibandingkan baterai Li-Ion silinder, yang tentunya bisa digunakan lebih lama tanpa harus mengisi ulang. Kapasitas penyimpanan dari baterai Li-Polimer ini pun hanya akan berkurang 20% dari kapasitas aslinya walaupun telah diisi ulang hingga ratusan kali. Impresif banget ya!


Keyboard Ergonomis

Saya ini tipe orang yang sampai sekarang malas menggunakan mouse dalam menggunakan laptop, bahkan mengedit fotopun saya hanya mengandalkan touchpad. Itulah mengapa saya suka dengan ASUS X555 ini, karena memiliki fitur multi-point touchpad dengan teknologi Smart Gesture yang mendukung sentuhan perintah, seperti misalnya melakukan zoom in/out dan geser hanya dengan menggerakkan jari-jari kita di touchpad yang ada. Keyboard juga lebih ergonomis karena berukuran penuh dengan keyboard chiclet yang mempunyai design berjarak 1,6mm antara key sehingga terasa lebih solid dan membuat tangan dan jari-jari kita nyaman saat melakukan pengetikan.

Salah satu alasan saya tidak suka menggunakan mouse adalah karena saya lebih senang mengedit foto atau membuat materi untuk workshop di atas tempat tidur dengan meletakkan laptop di atas pangkuan, walaupun hal ini tidak akan bertahan lama karena lama kelamaan bagian bawah laptop akan terasa panas yang bukan saja membuat saya kepanasan, tapi juga membuat kerja laptop menjadi lambat. Desain internal yang unik dari ASUS X555 dengan didukung teknologi IceCool bisa mengatasi masalah panas yang sering terjadi di bagian bawah laptop dengan menjaga temperatur stabil di kisaran 28 - 35 derajat sehingga kita akan lebih nyaman dan lebih lama menggunakan laptop karena panas yang dihasilkan lebih rendah dari yang dihasilkan oleh tubuh kita. Bakalan produktif banget deh ini untuk urusan edit foto, karena biasanya baru beberapa foto aja saya sudah gak betah karena panas.

Jadi kepengen beli ASUS X555 ini gak sih? Harganya pun menurut saya relatif terjangkau apalagi dengan spesifikasi yang menggiurkan seperti yang saya uraikan di atas. Kisaran harganya adalah Rp5.699.000 untuk ASUS X555QA dengan berat 2,3kg dan Rp7.199.000 untuk ASUS X555QG dengan berat 2,2kg. Berlaku garansi 2 tahun untuk hardware global.

Buat teman-teman yang kurang suka belanja laptop langsung ke counter resminya dengan alasan takut kejebak macet di jalan, apalagi musim hujan sepertinya sudah dimulai, gak usah khawatir karena ASUS X555 juga dijual di Tokopedia.



Semoga dengan ASUS X555 saya akan lebih produktif dalam berkarya, gak perlu takut kehabisan baterai saat mengajar atau bila harus bekerja di coffee shop dan tentunya semakin banyak waktu berkualitas yang saya miliki bersama K, anak saya.

Semakin Produktif dengan ASUS X555

September 21, 2018



Sudah hampir dini hari, tapi aku seperti enggan untuk kembali ke kamarku yang letakknya hanya selemparan batu. Dan seperti mengerti bahwa aku masih ingin ada di dekatnya, Caro menyodorkan satu piring cheesecake.

"Eat this. You'll be happy" kuterima piring dari tangannya. Dan kuletakkan di meja yang ada disampingku.

"Ga, thanks bro for helping me. Mission accomplished" kusembunyikan kesedihanku agar Dirga tau bahwa aku bahagia.
"No problem. Elo di mana nih?" tanyanya
"Bandara. Sori gak sempet pamit, mendadak gue ada interview di sana" jelasku padanya
"It's okay. Safe flight bro! Sukses buat interviewnya"
ada rasa malu dalam hatiku karena berbohong pada lelaki yang memenangkan hati wanita yang kucintai. Aku merasa seperti seorang pecundang, kutundukkan wajahku.

Tepukan lembut dibahuku membawaku kembali ke alam nyata.
"Indra, please eat. Elo bikin gue cemas" Caro kembali menyodorkan cheesecake buatannya.

"Masih mikirin dia?" tanyanya sambil menyesap teh dari cangkir dalam genggamannya. Aku hanya bisa menganggukkan kepala .
"Indra, elo bilang kalau selama laki-laki itu gak tau, elo masih punya harapan, seberapa besar harapan itu?
Kugelengkan kepalaku karena memang, aku tak tau apa memang aku punya harapan dengan jarak juga waktu yang memisahkan kami sekarang ini.

"So, kenapa elo gak juga melepaskan dirilo dari semua ini? Elo bilang elo sayang sia, kenapa elo gak bantu dia untuk bahagia, agar cintanya bisa menemukan pasangannya?"
"Maksud elo gimana. Gue gak ngerti" kataku pelan.
"Maksud gue, elo kasih tau Dirga bahwa Yo mencintainya. Trust me, it might hurt you badly tapi elo akan lebih tenang" nasehatnya padaku.

"Gak mungkin, gue gak bisa. Gak mungkin!" kugelengkan kepalaku berulang-ulang, tak sanggup rasanya aku membayangkan bahwa dia akan jadi milik orang lain.
"Ndra, semuanya mungkin di dunia ini dan elo pasti bisa bila elo mau".

Kuhela nafas panjang seakan ingin membebaskan segala beban.

Apa gue harus kasih tau Dirga kalo Yo cinta padanya?

Dadaku sesak memikirkan hal itu.

Risalah Tiga Hati (13)

September 20, 2018



Ada yang bilang Lupis aka Lopis dari Minang, ada yang bilang dari Betawi. Buat saya, darimana aja gak terlalu penting, toh masih Indonesia juga lagipula yang penting halal dan enak.

Buat saya, kue Lupis ini memiliki kenangan indah akan bapak (Allahuyarham), karena ini adalah salah satu makanan fav bapak. Dulu ibu sering sekali membawakan kami oleh-oleh kue lupis ini setiap pulang dari belanja di pasar Rawamangun setiap weekend. Bisanya saya dan bapak akan segera berlomba untuk menghabiskan, dan sudah pasti bapak adalah pemenangnya :) Kenangan indah yang selalu hadir setiap saya menyantap makanan ini, walaupun sekarang penjual kue Lupis di pasar Rawamangun tidak ada lagi.

Sejak saya bisa masak, saya senang mencoba membuat makanan-makanan yang dulunya menjadi fav, terlebih waktu saya masih tinggal jauh dari tanah air tercinta. Biasanya setelah pulang kuliah, saya akan ke ruangan komputer di kampus, bukan untuk belajar, tapi untuk browsing resep dan mencetaknya, gratis. Hmmm, bisa jadi inilah kenapa akhirnya mesih printer di kampus saya di Bremerhaven dikenakan bayaran, karena saya kebanyakan ngeprint resep :)



Kue Lupis ini baru saya coba buat sendiri justru setelah kembali ke Indonesia, selama tinggal di Jerman saya selalu menunda untuk mencoba, karena mencari daun pisang tidaklah mudah, bilapun ada yang sudah beku dan seringkali berakhir dengan robek setiap digunakan. Alsan utama sih, takut gagal :D Nah, resep dari NCC ini in shaa Allah gampang dan anti gagal. Resep yang saya sharing di sini yang sudah saya modifikasi ya, bila ingin memakai resep aslinya, sila klik di sini.

Kue Lupis (Lopis)
(Modifikasi dari: NCC Jajanan Tradisional)

Bahan-bahan:
250gr ketan, rendam selama 1 jam, tiriskan
Daun pisang secukupnya
Cetakan lontong

1/4 butir kelapa, parut kasar
Garam secukupnya
Daun pandan

150gr gula merah, sisir halus
100ml air (atau sesuai dengan kekentalan yang diinginkan)
Garam secukupnya
Daun pandan

Cara:
Masukkan daun pisang ke dalam cetakan lontong (cara paling gampang 😁). Isi dengan ketan (agak penuh). Lakukan sampai ketan habis. Rebus dalam air mendidih selama 1-2 jam. Angkat dan tiriskan.

Kukus kelapa parut yang sudah dicampur garam bersama dengan daun pandan kurang lebih 15 menit. Angkat dan sisihkan.

Rebus gula merah dan daun pandan sampai gula cair dan mendidih, tambahkan garam dan aduk sebentar.



Penyajian:
Potong-potong lupis, tata dalam mangkuk, taburi kelapa parut dan kucuri dengan kinca.

Selamat mencoba teman-teman, walaupun banyak penjual kue lupis di mana-mana, tapi percayalah, homemade is still the best!

Kue Lupis (Indonesian Sweet Sticky Rice Dumplings)

September 18, 2018



"Indra, elo liat pasangan itu?"
"Liat, kenapa?"
"Gue merhatiin dari tadi, mereka enjoy banget ngeliatin permainan itu dan gak keganggu sama hingar bingar suara musik seolah mereka gak disini"


Kata-kata Caro, cewek Spanyol yang jadi teman setiaku berburu foto cantiknya malam membuatku mengamati pasangan yang berdiri tak jauh dari kami. Si cowok melingkarkan tangannya dipundak si cewek, sementara pinggangnya dilingkari tangan si cewek. "Elo bisa ngerasain gak kalo mereka berdua saling mencintai?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Senang ya kalau cinta kita bersambut" sambungnya lagi.

Kali ini aku tak menjawab karena aku sedang menikmati sakitnya cinta yang bertepuk sebelah tangan.

"Ndra, terimakasih elo masih sayang sama gue tapi untuk melanjutkan lagi yang pernah terhenti, gue gak bisa" suara itu begitu lembut tapi menyakitkan. Wajahnya begitu tenang, tak kulihat bahwa kata-kata yang dia ucapkan barusan adalah untuk membalas kesalahanku.

"Maafin gue Yo, gue ngaku salah. Gue pantas elo tolak"
"Ndra, gue udah maafin elo malam itu. Gue nolak bukan karena elo, tapi karena gue, karena hati gue"
"Karena hati elo sakit dengan perbuatan gue?"
"Bukan! Karena hati gue punya dia".
"Dirga?"
"Iya, Dirga" tapi matanya tak berbinar seperti orang yang sedang jatuh cinta.
"Kalian udah jadian?" Lalu tanpa kuminta, dia menceritakan semuanya, tentang cintanya yang berjalan sendirian.

"Indra, wake up"
Caro membangunkanku dari lamunan dengan tepukan dipundakku.

"Sorry, I was thinking about her"
"I know" senyumnya "Dan gue tau gak enak rasanya punya cinta yang tak berbalas. So now it's time for you to move-on! Elo harus bergerak pergi dari masa lalu ini, berhenti menyesali yang sudah terjadi. Life goes on!

"Tapi selama Dirga gak tau, kesempatan gue masih ada" kataku mencari pembenaran.

Risalah Tiga Hati (12)

September 12, 2018

Instagram