Tahun lalu demi menyelamatkan kamera yang terjatuh saat saya sedang motret, otot saya mulai dari kaki sampai bahu ketarik sehingga saya tidak boleh membawa beban yang terlalu berat. Setelah beberapakali sesi terapi, alhamdulillah saya bisa kembali memotret dan kembali membawa beban berat tanpa ingat bahwa saya pernah cedera.
Sebagai seorang fotografer, pengajar fotografi merangkap blogger, perlengkapan perang yang selalu ada dalam backpack saya adalah kamera dan laptop yang pastinya tidaklah ringan. Tahun ini cedera saya kambuh lagi karena di suatu acara peluncuran sebuah produk makanan, saya tetap membawa backpack saya dipunggung ke sana ke mari selama liputan. Waktu itu memang backpack saya bawa karena panitia tidak berani bertanggung jawab bila ada kerusakan karena ditaruh begitu saya dilantai di antara barang-barang lain, dan panitia juga tidak mau menanggung bila ada barang-barang saya yang hilang. Saya tentunya tidak mau mengambil resiko, jadilah hari itu saya membawa beban berat lagi yang menyebabkan cedera saya kambuh dan lebih parah. Cedera kedua ini membuat sakit tak terkira saat berdiri dan dudukpun tidak nyaman. Sungguh tersiksa.
"Uni, berat banget tasnya"
Bahkan pernah waktu tugas ke luar kota, petugas check in yang menimbang backpack saya sampai geleng-geleng kepala karena berat ransel saya melebihi ketentuan. Alhamdulillah laptop dan kamera itu masuk dalam kategori yang tidak dipermasalahkan beratnya untuk masuk kabin.
Sesungguhnya isi ransel saya sih gak banyak, tapi benda yang saya bawa itu yang beratnya gak karu-karuan. Kamera dslr dan lensa saya sudah lumayan berat ditambah dengan laptop dan chargernya karena batere laptop saya sudah mulai ngedrop, jadi kabel charger adalah koentji bila saya gak mau ditengah-tengah mengajar atau pemotretan tiba-tiba laptop saya mati. Tapi kalau seandainya saya terus-terusan mempertahankan laptop yang sekarang, cedera saya bisa kambuh lagi, dan therapist saya bilang, cedera yang berulang itu bisa berakibat fatal.
Alhamdulillah, seperti menjawab kegalauan saya yang harus wara-wiri membawa laptop tanpa takut cedera, di pasaran Indonesia telah hadir ASUS ZenBook 13 UX331UAL yang merupakan varian lain dari versi UX331UN. ZenBook UX331UAL ini dikatakan sebagai sebuah laptop 13,3 inci yang paling ringan, tipis dan powerful. Alasan lain yang bikin kepengen punya ASUS ZenBook 13 UX331UAL antara lain:
ASUS ZenBook 13 UX331UAL
Ringan dengan Material Tangguh
ASUS ZenBook UX331UAL ini dibuat dari magnesium aluminium alloy yang menjadikannya begitu ringan, yaitu kurang dari 1 kilogram atau tepatnya 985 gram saja, bahkan merupakan ZenBook teringan yang ada di pasaran sekarang ini. Bakalan lebih lincah nih motret liputan dengan backpack isi ZenBook UX331UAL dipunggung. Ringan!
Ketebalan Zenbook UX331UAL ini juga hanya 13,9 milimeter alias super tipis yang pastinya gak akan ngabisin tempat banyak dalam backpack saya. ZenBook UX331UAL ini tampilannya seperti atlet pencak silat Indonesia yang terlihat lembut namum tahan banting. Hal ini disebabkan ZenBook UX331UAL telah lolos pengujian berat standar daya tahan military-grade MIL-STD 810G untuk memastikan perangkat dapat dioperasikan di berbagai kondisi lingkungan. Percobaan dari ketahanan ZenBook UX331UAL yang diperagakan Raditya Dika dalam channel youtubenya belum lama ini sudah sukses membuat jantung saya turun sampai ke jempol. Nyeri!
Ringkas dengan Performa Tinggi
ASUS ZenBook UX331UAL dengan ukuran layar 13,3 inci ini mempunyai dimensi yang tidak jauh beda dengan kertas ukuran A4, jadi bakalan gampang diselipin di koper kabin atau tote bag. Hal ini dimungkinkan karena bezel layar yang berfitur NanoEdge.
Dengan processor intel Core i generasi ke-8 yang dipadukan dengan RAM 8GB dan dan penyimpanan berkecepatan tinggi SSD 256GB PCIe®, performa dari ZenBook 13 UX331UAL ini tidak diragukan lagi. Fitur Wi-Fi Master membuat laptop ini mampu melakukan transfer dengan kecepatan yang lebih tinggi dengan jarak yang lebih jauh dibandingkan laptop lain. Kecepatan yang ditawarkan adalah 867Mbps atau 6x lebih cepat, hal ini bisa terjadi berkat teknologi dual-band 802.11n. Kebayang ya, bakalan produktif banget walaupun harus kerja di tempat umum yang harus berbagi koneksi internet.
Selain itu, baterai dari ZenBook UX331UAL ini juga bisa tahan sampai 15 jam. Mikirnya aja saya udah seneng, gak perlu rebutan tempat duduk yang ada colokan listriknya tiap ke coffe shop untuk kerja. Cukup duduk manis di spot manapun, nulis sambil sesekali minum kopi susu tanpa perlu takut tiba-tiba baterai mati. Non-stop banget!
Pernah gak sih pas lagi di tempat umum kita buka laptop dan orang di sebelah kita curious pengen tahu password kita? Kalo pernah, gak usah takut, karena ZenBook UX331UAL ini bisa kita akses dengan lebih aman tanpa takut tetangga ngintip berkat sensor sidik jari yang ada di touchpad dan Windows Hello. Praktis banget, gak perlu lagi capek ngetik kata sandi sambil celingukan karena takut dicontek :)
Buat pengajar dan blogger seperti saya yang seringkali harus membuat tulisan, kenyamanan keyboard sangat penting. ZenBook UX331UAL ini dilengkapi dengan keyboard backlit ukuran penuh dengan desain yang kokoh, sehingga kita bisa mengetik dalam segala kondisi pencahayaan. Jarak penekanan tombol keyboard 1,4 milimeter yang membuat keyboard menjadi ergonomis dan nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Teknologi palm-rejection yang mendukung gerakan multi-jari dan tulisan tangan semakin mempermudah kita dalam mengetik.
ZenBook UX331UAL ini bukan cuma "Laptop Idaman Sobat Travelers", tapi cuma idaman fotografer seperti saya.
Ah, saya kok semakin ngerasa jodoh aja sama ASUS ZenBook UX331UAL ini ya. Kalau kamu?
#LaptopIdamanSobatTraveler #2018PakaiZenBook #ASUSxTravelerien
--------
ASUS
Website: https://www.asus.com/id/
Facebook: Asus Indonesia Official
Twitter: @ASUS_Indonesia
Instagram: @asusid
Youtube: ASUS Indonesia
Lebih Lincah dengan ASUS Zenbook UX331UAL
Blog Competition /
Product /
Review