"Indra, elo liat pasangan itu?"
"Liat, kenapa?"
"Gue merhatiin dari tadi, mereka enjoy banget ngeliatin permainan itu dan gak keganggu sama hingar bingar suara musik seolah mereka gak disini"
Kata-kata Caro, cewek Spanyol yang jadi teman setiaku berburu foto cantiknya malam membuatku mengamati pasangan yang berdiri tak jauh dari kami. Si cowok melingkarkan tangannya dipundak si cewek, sementara pinggangnya dilingkari tangan si cewek. "Elo bisa ngerasain gak kalo mereka berdua saling mencintai?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Senang ya kalau cinta kita bersambut" sambungnya lagi.
Kali ini aku tak menjawab karena aku sedang menikmati sakitnya cinta yang bertepuk sebelah tangan.
"Ndra, terimakasih elo masih sayang sama gue tapi untuk melanjutkan lagi yang pernah terhenti, gue gak bisa" suara itu begitu lembut tapi menyakitkan. Wajahnya begitu tenang, tak kulihat bahwa kata-kata yang dia ucapkan barusan adalah untuk membalas kesalahanku.
"Maafin gue Yo, gue ngaku salah. Gue pantas elo tolak"
"Ndra, gue udah maafin elo malam itu. Gue nolak bukan karena elo, tapi karena gue, karena hati gue"
"Karena hati elo sakit dengan perbuatan gue?"
"Bukan! Karena hati gue punya dia".
"Dirga?"
"Iya, Dirga" tapi matanya tak berbinar seperti orang yang sedang jatuh cinta.
"Kalian udah jadian?" Lalu tanpa kuminta, dia menceritakan semuanya, tentang cintanya yang berjalan sendirian.
"Indra, wake up"
Caro membangunkanku dari lamunan dengan tepukan dipundakku.
"Sorry, I was thinking about her"
"I know" senyumnya "Dan gue tau gak enak rasanya punya cinta yang tak berbalas. So now it's time for you to move-on! Elo harus bergerak pergi dari masa lalu ini, berhenti menyesali yang sudah terjadi. Life goes on!
"Tapi selama Dirga gak tau, kesempatan gue masih ada" kataku mencari pembenaran.
No comments :
Post a Comment